Apa itu Snobisme? Bagaimana Snobisme Mempengaruhi Nama Brand sebuah Produk?
(Sumber gambar: www.hellocoton.fr)
Artikel kali ini dilatarbelakangi perbincangan saya via WhatsApp dengan salah satu calon distributor parfum Federico Mahora pak Irwan Winardi, ternyata beliau seorang Penulis yang juga menyukai wewangian/parfum. Karyanya Anda bisa searching di Google berjudul "360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja".
Beliau saat ini menggunakan parfum Lacoste Essential atau Hermes de Tere, istrinya pakai Burberry Weekend. Beliau bercerita biasanya kalau beli parfum Genuine selalu hilang dibawa anak-anaknya yang beranjak dewasa, padahal untuk parfum Genuine biasanya 1 tahun habis, tapi sama anak-anaknya 6 bulan sudah habis karena dianggap deodorant, pakainya semaunya semprot sana sini. Ceritanya lagi mereka sekeluarga alergi dan pusing kalau mencium parfum yang berbahan sintetis, mereka suka dengan parfum berbahan natural. Wah kalau pakai parfum Federico Mahora harusnya tidak masalah ya pak, bisa menghemat budget pengeluaran sekeluarga karena harganya yang relatif terjangkau dan kualitas sama dengan parfum branded yang harganya selangit. Ngiklan dikit hehehe...
Nah terkait soal Snobisme ternyata menurut pak Irwan Winardi, Perancis adalah pusatnya Snobisme. Apa itu Snobisme? Myra Sidharta – seorang psikolog – melukiskan makna snobisme dengan bagus. Snobisme adalah kecenderungan manusia yang suka memamerkan benda-benda miliknya yang mahal dan trendy. Namun seorang snob akan menjadi lebih tinggi kalau dirinya memiliki hubungan dengan orang-orang yang tingkat posisi sosialnya lebih tinggi. Snobisme kini menular ke mana-mana tak terkendali. Seorang satpam misalnya, akan merasa lebih betah kalau bekerja ada keluarga yang sering kedatangan tamu-tamu yang berkedudukan tinggi atau seseorang akan bangga sekali karena memiliki teman-teman hebat. Begitulah snobisme seakan menjadi gaya hidup dan parahnya lagi banyak dari kita yang memiliki pandangan sama seperti itu.
Terkait brand atau merk dagang parfum, bayangkan parfum Chanel No. 5 100 ml dihargai 3,5 juta, parfum tersebut sampai saat ini masih mahal dan populer, menurutnya bukan karena wanginya, tapi karena unsur gengsinya yang besar. Bahkan salah satu pemilik butik kacamata terkenal Lily Kasoem bilang itu produk Pelacur. Ingat ya Pelacur dalam tanda kutip. Mengapa demikian karena lebih cenderung jual gengsi dan nama brand dari pada manfaat dari produk itu sendiri. Beliau bilang Tas Merk Hermes yang harganya Miliaran, harga pokok produksinya tidak sampai 50 juta, yang mahal ya itu Snobnya. Meskipun diakui mereka bisa jaga kualitas, memang berkualitas tinggi dan bagus namun antara rasio harga dan kualitasnya tidak rasional.
Menurut pak Irwan Winardi yang pernah melakukan riset Manajemen Pemasaran tentang strategi dan kebijakan harga, yang paling kurang ajar dalam tanda kutip adalah brand Perancis, memang diakui Perancis paling hebat jualan Snobisme. Beliau punya pengalaman pernah beli kaca mata di Lily Kasoem dan kebetulan dilayani oleh pemiliknya sendiri Lily Kasoem, Dia selalu jujur dengan barang yang dijualnya, misalnya dia pilih kaca mata dengan harga yang selangit, kalau dia rakus tidak perduli yang penting produknya laku, tapi dia bilangnya tidak begitu, dia bilang itu barangnya kurang bagus, walaupun harganya mahal yang bikin mahal merk-nya. Dia bilang bahannya dari plastik dan kasih saran dengan menunjukan kaca mata lain dengan merk yang tidak terkenal tapi bagus dan harganya murah berbahan Titanium. Nah produk yang mahal karena merk nya itulah yang disebut Lily Kasoem sebagai produk pelacur, karena produk tersebut melacurkan namanya. Nah Lily Kasoem lebih suka kalau pembelinya tidak kecewa, dengan begitu akan jadi pelanggan setia dan bisa jadi pelanggan tersebut akan mengajak temannya belanja di toko miliknya.
Itulah singkatnya betapa Snobisme sangat mempengaruhi nama brand sebuah produk, misalnya kalau kita pakai merk A atau merk B rasa gengsinya nggak ketulungan padahal harganya tidak rasional dengan manfaat yang diterima. Jadi ada baiknya sebagai konsumen kita harus cerdas dan bijak dalam menggunakan produk tertentu, terutama parfum, terlebih dengan hadirnya parfum FM by Federico Mahora yang memiliki kualitas setara dengan parfum branded namun dijual dengan harga yang sangat memukau.
0 Response to "Apa itu Snobisme? Bagaimana Snobisme Mempengaruhi Nama Brand sebuah Produk?"
Posting Komentar